Minggu, 27 Juli 2014

Makna di Balik Motif Kuno Batik Betawi

Dahulu di Betawi pernah berkembang usaha pembatikan tetapi pengusaha dan perajinnya berasal dari kota-kota di Jawa yang sudah dikenal sebagai penghasil batik. Maka bisa dibilang batik Betawi bukanlah semacam batik Solo, batik Cirebon, atau batik Lasem yang memproduksi batiknya sendiri, karena dahulu orang Betawi tak memproduksi batik. Walau begitu, batik Betawi memiliki keunikan tersendiri dibanding batik daerah lainnya di Indonesia.
Suwati Kartiwa, penulis banyak buku tentang budaya Indonesia khususnya tekstil, dalam bukunya “Batik Betawi : Dalam Perspektif Budaya Kreatif”, menyebutkan bahwa unsur lingkungan alam Betawi sama dengan daerah pesisiran sehingga banyak batik pesisiran disukai di Betawi. Kemungkinan asal usul pemakai juga berasal dari berbagai daerah penghasil batik, mereka berkumpul dan tinggal lama di Betawi lalu menyebarkan budaya mereka dalam bentuk tekstil.
Ciri khas kain batik Betawi yaitu kain sarung dengan menonjolkan motif khas Tumpal, yaitu bentuk motif geometris segitiga sebagai barisan yang memagari bagian kepala kain dan badan kain. Saat dikenakan, Tumpal harus ada di bagian depan. Motif burung hong juga masuk dalam ciri khas batik betawi sebagai perlambang kebahagiaan. Motif batik Betawi lebih terfokus pada kesenian budaya Betawi yang dipengaruhi oleh budaya Arab, India, Belanda, dan Cina. Motif kuno batik betawi terbagi dari beberapa jenis, yaitu Ondel-ondel, Nusa kelapa, Ciliwung, Rasamala, dan Salakanegara.
Nama-nama yang digunakan pada motif batik selalu memiliki makna yang mengandung nilai nilai luhur sekaligus menjadi kekhasan adat budaya Indonesia. Begitu juga dengan batik Betawi terutama motif kuno-nya memiliki makna tersendiri, seperti:
Loreng Ondel-ondel misalnya, motif ini dibuat mengangkat figur Ondel-ondel sebagai boneka yang dapat menolak bala. Motif ini mengandung harapan agar pemakainya mendapat kehidupan yang lebih baik serta jauh dari bala. Biasanya jenis batik Betawi bermotif ini digunakan pada acara besar adat Betawi.
Sedangkan motif Nusa Kelapa memiliki ide disain dari Peta Ceila yang dibuat pada 1482-1521 saat pemerintahan Prabu Siliwangi. Dari peta itu diketahui Jakarta dulu bernama Nusa Kelapa, hingga menjadi Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, dan Jakarta. Nama Nusa Kelapa ini diambil oleh leluhur masyarakat Betawi saat itu, hingga dijadikan motif batik Betawi.
Sementara, motif Ciliwung berdasarkan ide dari peradaban manusia yang berasal dari tepian Sungai Ciliwung. Konon penguasa Portugis dan Belanda begitu tertarik dengan Sungai Ciliwung hingga bermaksud menguasai Betawi. Sesuai namanya, pemakaian batik ini diharapkan pemakainya menjadi pusat daya tarik dan sebagai simbol rezeki yang terus mengalir bak sebuah aliran kali.
Batik motif Rasamala mengambarkan riwayat Belanda saat masuk ke wilayah Sunda Kelapa. Saat itu daerah Sunda Kelapa masih berupa hutan belantara yang banyak ditumbuhi pohon jenis Rasamala. Warga Betawi menganggap keramat pohon Rasamala karena baunya yang wangi, kulit kayu, rasamala dijadikan setanggi.
Sedangkan, motif batik Salakanagara merupakan batik yang mengangkat motif bertemakan kerajaan pertama di tanah Betawi yang didirikan oleh Aki Tirem pada 130 masehi. Nama Salakanegara berkaitan dengan kepercayaan warga saat itu yang menganggap bahwa gunung mempunyai kekuatan dan gunung itu adalah Gunung Salak yang terletak di Kabupaten Bogor.
Keunikan lainnya dari batik Betawi adalah, warga Betawi, baik kalangan atas maupun bawah menggunakan motif yang sama, yang membedakan adalan pemilihan bahannya. Untuk kalangan atas, umumnya terbuat dari bahan mori halus cap sen. Sedangkan untuk kalangan bawah, terbuat dari mori kasar atau belacu. Batik Betawi menjadi bahan pakaian yang populer di kalangan penduduk Betawi laki-laki pada akhir abad XIX, terutama di wilayah Betawi Tengah. Mereka menggunakan batik sebagai bahan celana seperti orang-orang Belanda. Selain itu, batik Betawi juga digunakan untuk pakaian sehari-hari, untuk keperluan hajatan (pesta) dan plesiran (jalan-jalan).

Namun sayangnya, kini batik kuno khas Betawi sulit untuk dijumpai lagi. Keberadaan motif kuno batik Betawi hanya sering ditemui pada pameran ataupun acara besar adat Betawi.